salam Pictures, Images and Photos

Maret 02, 2009

IkhLaS


Assalamualaikum WarakhmatuLlahi Wabarakatuh
Saudaraku,
Ikhlas adalah ruhnya amal. Kualitas amal kita ditentukan ruhnya itu, yakni ikhlas. Ikhlas sangat erat kaitannya dengan tujuan. Disebut ikhlas jika tujuan suatu amal ‘semata-mata’ karena Allah. Saat tujuan ditentukan diawal amal, maka itulah niat.
Amal adalah perbuatan kita, yaitu apa-apa yang kita lakukan di kehidupan, sehingga begitu kematian tiba maka terputuslah amal. Amal adalah media (perantara) yang berada di antara awal dengan akhir kita, kehidupan dan kematian, dunia dan akhirat. Oleh karena tujuan kita ada di dunia adalah demi akhirat kita, maka amal adalah penghubungnya. Dalam hal ini amal disebut ibadah. Dengan begini menjadi mudah menarik garis-jelas tentang konsep tujuan kita ada di dunia yaitu dalam rangka ibadah.
Berlimpah ayat di Al Qur’an yang menyebutkan bahwa amal yang diterima-NYA adalah amal yang ikhlas. Bahkan disebut ‘celaka’ ketika ternyata amal yang kita lakukan ‘terdistorsi’ keikhlasannya (riya).



Menilai kadar ikhlas
Saudaraku,
Yang Paling Mengetahui kadar keikhlasan amal kita tentu hanya Dia, ilahi Rabbi. Namun oleh karena kita juga diperintahkan untuk menghitung-hitung amal sendiri sebelum dipersaksikan-NYA di hari akhir, tentu jadinya kita membutuhkan sistem tentang bagaimana cara menghitung kadar keikhlasan tersebut. Pertanyaan utamanya adalah : metoda penilaian apa yang digunakan untuk mengukur kadar keikhlasan itu ?
Sistem mesin dan sistem manusiawi
Secara mendasar mesin (komputer) melakukan penilaian dengan tolok ukur dua hal saja, yaitu ya dan tidak, 0 dan 1, ikhlas (full) atau tidak ikhlas (empty). Sementara secara alamiah sistem nilai manusia berbeda sama sekali dengan sistem nilai mesin tersebut. Alam mengajarkan pada manusia bahwa di antara hitam dan putih ada abu-abu dan sebagainya, di antara atas dan bawah ada tengah dan sekitarnya, di antara pintar dan bodoh ada yang biasa-biasa saja, di antara miskin dan kaya ada yang hidup sederhana saja, di antara problem dan solusi ada langkah-langkah, di antara realita dan tujuan ada tahapannya (marhalah), di antara halal dan haram ada sunnah, jaiz dan makruh, di antara ikhlas dan tidak ikhlas ada…. ada apa? Ada proses. Ikhlas itu suatu capaian yang melalui proses.
Jangan hentikan amal di prosesnya
Maksudnya jangan hentikan beramal ketika kita merasa keikhlasan itu belum sempurna. Karena ikhlas tidak mungkin menjadi penghalang bagi amal-amal kita. Dalam hal ini, ada beberapa hal yang mungkin terjadi :
(1.)
Seseorang menjadi tidak melakukan amal (kewajiban) dengan alasan bahwa keikhlasannya belum utuh.
Ini jelas tidak benar. Tapi apa memang ada yang begitu. Ada, contoh : Perhatikanlah berapa banyak kaum muslimah yang menunda menutup auratnya dengan alasan keikhlasannya yang belum sempurna. Kapan sempurnanya ? Setelah Allah menjebloskannya ke neraka ?
Ada juga cerita tentang pengusaha yang menunda mendermakan hartanya untuk pembangunan Masjid (padahal lagi dibutuhkan) karena dia katanya, merasa niatnya tercampur dengan (berharap) pujian masyarakat. Ada pula yang men-tabu-kan shalat berjama’ah (ini jelas sekali cuma alasannya semata), katanya dapat mengganggu keikhlasannya saat shalat di sekitar orang-orang (?). Atau tentang mereka yang berfatwa bahwa haram perjuangan (berdakwah) di lingkar kekuasaan (anti politik), (dengan alasan) persaingan antar manusia di sana dapat merusak keikhlasan (seperti larangan berinteraksi dengan manusia saja ). Atau mereka yang mentertawakan bakti sosial dengan membawa bendera (seperti bendera kelompok atau partai), menurut mereka itu pertanda bahwa kerjanya karena kelompok bukan karena Allah (?), masya Allah (semoga Allah senantiasa memberi karunia ilmu pada kita, dan mengembalikan niat kita pada-NYA semata, sesegera dari pelencengannya), wallahu a’lam, barangkali contoh semacam masih ada.
(2.)
Kita sering jadi menafikan kebutuhan proses dalam menuju keikhlasan.
Ketika kita ber-amal, selain merupakan keharusan, amal juga merupakan pelatihan dan uji coba bagi kita. Amal adalah sarana pelatihan dan uji coba dalam rangka proses mencapai keikhlasan. Darimana kita tahu seberapa sulit mencapai keikhlasan itu jika kita tidak pernah beramal kebaikan. Dari evaluasi terhadap setiap amalan itulah kita terus berproses menuju kepada kesempurnaan keikhlasan. Artinya tentu tidak ada ikhlas tanpa amal, ibarat ruh yang tanpa pijakan. Maka latihlah keikhlasan dengan terus menyempurnakan amal. Bukankah kesempurnaan bagi kita makhluk-NYA merupakan capaian proses? Tentu menjadi begitu juga dengan kesempurnaan keikhlasan. Sekali lagi bahwa keikhlasan butuh proses, proses itu adalah amal. Proses selalu melewati beberapa tahap tingkatan, sehingga keikhlasan ada tingkatannya.
(3.)
Ikhlas terdefenisi sekedar ‘tanpa pamrih’
Ikhlas bukan (sekedar) tanpa pamrih atau kadang-kadang disebut juga tanpa ‘kepentingan’, bahkan yang anehnya sekedar menjadi tanpa ‘uang’. Sehingga ketika seseorang bekerja tanpa meminta ‘upah’ dengan serta merta disebut ia ikhlas. Ikhlas adalah mengharapkan ‘keridhaan’ Allah semata. Belum tentu mereka yang tanpa upah, tanpa kepentingan atau tanpa uang itu mengharap ridha Allah. Jika Allah tidak ridha dengan kehidupan kita yang tanpa pamrih, tanpa kepentingan dan tanpa uang itu, maka itu justru berlawanan dengan prinsip keikhlasan. Misal pamrih dan kepentingan kita adalah syiar Islam, dan ketika itu semua membutuhkan uang, maka salahlah anggapan bahwa ikhlas adalah sekedar tanpa pamrih, tanpa kepentingan atau tanpa uang. Ini usaha penyederhanaan ‘makna’ yang tentu saja salah. Tetapi jika pamrih, kepentingan atau uang tersebut tidak diniatkan dan diwujudkan dalam rangka mencapai ridha Allah, maka dari sini tentu saja jelas ikhlas nya bermasalah.
Saudaraku,
Sekarang, percayakah bahwa ikhlas dapat melarang kita beramal ? Gimana bisa ? Bisa saja … Bahkan ikhlas bisa menjadi batu sandaran segelintir orang untuk tidak melakukan amalan sama sekali. Ah, tidak mungkin. Di zaman yang sedemikian ‘absurd’ ini apa yang tidak mungkin?
Perhatikan di sekeliling kita. Bahkan…, barangkali itu kita.
AlhamduliLlahirRabbil ‘alamin.
Walahu a’lam bishawab.
Wassalamu ‘alaikum warakhmatuLlahi wabarakatuh


2 komentar:

Anonim mengatakan...

harapku, kelak masih diberi kesempatan mempelajari ilmu ikhlas.

Don't Tell My Boss I'm Goin' Fishin' on Maret 16, 2009 3:29 PM mengatakan...

kalau menurut aku ikhlash itu adalah sampai2 gak tau makna ikhlash itu sendiri, maksudnya.. tanpa pamrih.. gak ada tujuan.. hanya melakukan.. itu aja

Posting Komentar

Terimakasih (Chrome One ~ Green) Pictures, Images and Photos
Makacih Pictures, Images and Photos
 

Uwet Cute Copyright © 2008 Black Brown Art Template by Ipiet's Blogger Template